Sabtu, 12 Maret 2011

Kemudahan Dalam Islam

Islam mempunyai ciri khas sebagai agama yang penuh kemudahan, tidak mempersulit pemeluknya seperti yang telah ditegaskan langsung oleh Allah SWT.

Allah berfirman,

“…Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Al-Baqarah [2]: ayat 185)

Sementara dalam hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah SWT tidak mengutusku untuk mempersulit atau memperberat, melainkan sebagai seorang pengajar yang memudahkan.” (HR.Muslim)

Ada beberapa prinsip yang secara kuat mencerminkan betapa Islam merupakan agama yang mudah, diantaranya :

Pertama, menjalankan syari’at Islam boleh secara bertahap.

Dalam hal ini, seorang muslim tidak serta-merta diharuskan menjalankan kewajiban agama dan amalan-amalan sunnah secara serentak, menyeluruh tapi tahap demi tahap bagaikan menapaki tangga. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui sesuai kemampuan pemahaman seseorang:

* Bagi yang baru masuk agama Islam (muallaf), hanya diperintahkan untuk membaca “syahadat”:

Asyhaduallaa ilaaha illallahu wa assyhadu anna muhammadar rasuulullah. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah , dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

* Kemudian diperintahkan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban pokok dalam agama Islam, yaitu perintah mendirikan shalat wajib 5 waktu, puasa 1 bulan penuh dibulan suci Ramadhan, membayar zakat fitrah maupun zakat Mal, menunaikan Ibadah Haji bagi yang sudah mampu.

* Setelah yang pokok-pokok berhasil dilakukan dengan baik dan istiqamah, kalau punya kekuatan, kemampuan dan kesempatan, maka dianjurkan untuk menambah dengan amalan-amalan sunnah dan amalan-amalan shalih yang lainnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

* Selanjutnya secara bertahap kita dianjurkan untuk mendalami apa-apa yang terkandung didalam kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan syari’at Islam.

Untuk mengamalkan syari’at Islam secara bertahap ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sendiri. Suatu hari, seorang Arab Badui yang belum lama masuk Islam datang kepada Rasulullah SAW. Ia dengan terus terang meminta izin untuk sementara menjalankan kewajiban-kewajiban Islam yang pokok saja, tidak lebih dan tidak kurang. Beberapa sahabat Nabi menunjukkan kekurang-senangannya karena menilai si Badui enggan mengamalkan yang sunnah. Tapi dengan tersenyum, Nabi SAW mengiyakan permintaan orang Badui tersebut. Bahkan beliau bersabda:

“Dia akan masuk Surga kalau memang benar apa yang dikatakannya.”

Kedua, adanya anjuran untuk memanfaatkan keringanan dalam praktek beragama Islam.

Keringanan-keringanan yang diberikan Allah SWT dalam praktek menjalankan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari haruslah kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya, khususnya bagi mereka yang lemah kondisi tubuhnya atau berada dalam perjalanan jauh (musafir). Bagi yang tidak kuat shalat berdiri, dianjurkan untuk shalat sambil duduk. Dan bagi yang tidak kuat sambil duduk, dianjurkan untuk shalat sambil berbaring.

Begitu pula, bagi yang tidak kuat berpuasa karena berada dalam perjalanan, maka diajurkan untuk berbuka dan mengganti puasanya di hari-hari yang lain diluar bulan suci Ramadhan.

Dalam sebuah hadits Qudsi Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah suka kalau keringanan-keringanan-Nya dimanfaatkan, sebagaimana Dia benci kalau kemaksiatan terhadap perintah-perintah-Nya dilakukan.”

Dalam sebuah perjalanan jauh, Rasulullah SAW pernah melihat seorang sahabatnya tampak lesu, amat lemah, dan terlihat berat. Beliau langsung bertanya apa sebabnya. Para Sahabat yang lain menjawab bahwa orang itu sedang berpuasa. Maka Rasulullah SAW langsung menegaskan:

“Bukanlah termasuk kebajikan untuk berpuasa di dalam perjalanan (yang jauh).”

Ketiga, Islam tidak mendukung praktek beragama yang menyulitkan.

Disebutkan dalam sebuah riwayat, ketika sedang menjalankan ibadah haji, Rasulullah SAW memperhatikan ada sahabat beliau yang terlihat sangat capek, lemah dan menderita. Maka beliau pun bertanya apa sebabnya. Ternyata, menurut cerita para sahabat yang lain, orang tersebut bernadzar akan naik haji dengan berjalan kaki dari Madinah ke Mekkah. Maka Rasulullah SAW langsung memberitahukan,

“Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan tindakan penyiksaan diri sendiri, seperti yang dilakukan oleh orang itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Demikianlah, Islam sebagai agama yang rahmatan lil’ ‘alamin secara kuat mencerminkan aspek hikmah dan kemudahan dalam ajaran-ajarannya. Dan kita sebagai kaum muslimin, telah dipilih oleh Allah SAW untuk menikmati kemudahan-kemudahan tersebut. Diceritakan oleh Aisyah ra. bahwa Rasulullah SAW sendiri dalam kesehariaannya, ketika harus menentukan antara dua hal, beliau selalu memilih salah satunya yang lebih mudah, selama tidak termasuk dalam dosa.

Akan tetapi, kemudahan dalam Islam bukan berarti kesempatan untuk meremehkan dan melalaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan. Keringanan-keringanan dari Allah bagi kita jangan sampai membuat kita justru menjadi jauh dari-Nya. Karakter Islam sebagai agama yang mudah merupakan manifestasi nyata bahwa ajaran Islam bukanlah sekumpulan larangan-larangan yang menyengsarakan, melainkan ajaran yang menyebarkan kasih-sayang bagi semua pengikut-pengikutnya.

Sehingga dengan demikian, ketika kita menjalankan ajaran-ajaran Islam, motivasinya sebaiknya bukan karena kita takut kepada Allah SWT, tapi lebih karena kita rindu dan ingin lebih dekat dengan-Nya. Bukan karena kita ngeri akan Neraka-Nya, namun lebih karena kita ingin bersimpuh di haribaan-Nya, disisi-Nya di dalam Surga yang abadi.

Ma’a syiral muslimin wal muslimat rahimmakumullah

Kita sebagai kaum mukmin bersyukur telah memilih agama Islam sebagai jalan hidup kita, karena hanya agama “Islam” lah satu-satunya agama di bumi ini yang benar, agama yang diridhai Allah. Allah berfirman,

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam… (Ali-Imran [3]: ayat 19)

Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu… (Al-Maidah [5]: ayat 3)

Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi. (Ali-Imran [3]: ayat 85)

Semoga ke-Islaman kita setiap saat selalu meningkat seiring dengan meningkatnya ketaqwaan kita, sehingga diakhir hidup kita nanti… kita dimatikan Allah dalam puncak keimanan, puncak ketaqwaan, amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar